Digitalisasi Naskah Nusantara

Share this post on:

Indonesia  dikenal  sebagai  negara  yang  kaya  dengan khazanah  budaya  peninggalan  masa  lampau.  Salah  satu diantaranya adalah peninggalan dalam bentuk manuskrip yang merupakan  hasil  tulisan  tangan  dari  para  leluhur Bangsa. Naskah peninggalan masa lampau tersebut dapat dijumpai  hampir  di  setiap  daerah  dalam  jumlah  yang tidak sedikit dan jenisnya sangat bervariasi. Manuskrip   mampu   mengungkap   pola   pikir   dan  aktivitas  kehidupan  masyarakat  Nusantara  lama.  Pola pikir   masyarakat   dalam   naskah   ini   menggambarkan bagaimana  membentuk  masyarakat  sebagai  bangsa  yang beradab.  Oleh  karena  itu  informasi  yang  terkandung di  dalamnya  sangatlah  penting  untuk  dapat  diungkap serta  disampaikan  kepada  masyarakat. Hal  ini  pulalah yang  mendorong  kita  selaku  generasi  penerus  memiliki tanggung jawab untuk dapat menjaga serta melestarikan

keberadaan dari manuskrip nenek moyang bangsa

Sebagaimana   diketahui   Naskah   kuno   merupakan koleksi    yang    sangat    tinggi    nilai    historisnya,    dan   pengelolaanya pun diatur dalam Undang-undang Nomor 5  Tahun  1992,  tentang  “Cagar  Budaya  yang  menyatakan keberadaan  hasil  karya  budaya  bangsa/naskah  kuno  di bumi  persada  ini  tetap  aman,  terjaga  dan  terlindungi, serta  tidak  mudah  untuk  berpindah  pengelolaanya  oleh pihak-pihak  lain.  Namun  ironisnya  keberadaan  naskah 

kuno  yang  tersebar  di  Nusantara  ini  keadaan  media fisiknya   sangat   menghawatirkan   dan   sangat   rentan terhadap  kerusakkan.  Seperti  dari  media  kertasnya  yang sudah  rapuh  dan  mulai  sedikit  terbakar,  karena  suhu penyimpanan   yang   kurang   ideal,   kertas   naskah   yang lengket  tiap  lembarannya,  karena  kondisi  naskah  yang basah dan lembab.

Permasalahan  punahnya  naskah  kuno  tidak  hanya disebabkan  oleh  faktor  kerusakan  yang  disebabkan  dari media  naskah  itu  sendiri,  akan  tetapi  banyak  faktor-faktor lainnya, seperti ketidak-tahuan masyarakat betapa pentingnya nilai historis dari suatu naskah kuno, seperti yang terjadi di daerah pedalaman Banten, banyak menjual naskah-naskah  kuno  islam  klasik  ke  pedagang  loak,  hal itu  dikiranya  hanya  merupakan  tumpukkan  kertas  yang 

tidak  berharga.  Atau  mereka  membuang  kertas-kertas begitu  saja.  Selain  hal  itu  yang  menyebabkan  punahnya naskah kuno, bisa juga karena ada bencana alam yang kita

sendiri tidak tahu kapan datangnya. Oleh karena itu agar kandungan  informasi  yang  terdapat  pada  naskah  kuno tidak hilang, disini perlu adanya penyelamatan fisik serta

kandungan informasi

Perpustakaan  Nasional  Republik  Indonesia  sebagai lembaga   non   kementrian   yang   bertugas   dan   diberi mandat    oleh    pemerintah    untuk    menyimpan,    dan   

melestarikan  hasil  budaya  bangsa  yang  tertuang  pada Undang-undang Perpustakaan No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,  (pasal  21  Ayat  3):  Perpustakaan  Nasional 

bertanggung   jawab   dalam   mengembangkan   Koleksi Nasional  untuk  melestarikan  hasil  budaya  bangsa.  Serta dalam  pasal  9  dan10  yang  berbunyi:  “Pemerintah  Pusat dan  daerah  berwenang  mengalihmediakan  naskah  kuno yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah masing-masing untuk dilestarikan dan didayagunakan. Melalui       Pusat       Preservasi       Bahan       Pustaka,      Perpustakaan  Nasional  aktif  melakukan  kegiatan  dalam upaya pelestarian manuskrip yang ada diseluruh pelosok Nusantara.  Kegiatan  ini  pertama  kali  dilakukan  sekitar pada Tahun 2006, dengan melakukan pelestarian naskah Kuno di Museum Samparaja Bima Nusa Tenggara Barat. Pada  waktu  itu  Tim  Pelestarian  dari  Pusat  Preservasi melakukan  upaya  peletarian,  baik  itu  pelestarian  dalam bentuk  fisik  ataupun  bentuk  kandungan  informasinya dengan  cara  melakukan  alih  media  dalam  bentuk  digital dan bentuk mikro. Upaya pelestarian tersebut dilakukan berdasarkan  atas  pertimbangan  baik  itu  kondisi  fisik dari  media  naskahnya  itu  sendiri  sudah  dalam  keadaan yang memprihatinkan, serta upaya penyelamatan format salinan   informasi   dari   naskah   itu   sendiri   yang   akan  disimpan  di  Perpustakaan  Nasional  RI  sebagai  master 

preservasi.

Digitalisasi manuskrip Kuno Nusantara Upaya penyelamatan kandungan Informasi manuskrip kuno  nusantara  sering  dilakukan  oleh  Pusat  Preservasi Bahan  Pustaka,  khususnya  Bidang  Transformasi  Digital dan  Bidang  Reprografi.  Usaha  penyelamatan  kandungan informasi tersebut bertujuan supaya informasi yang disampaikan   dari   para   leluhur   bangsa   akan   dapat dimanfaatkan dan dibaca oleh para generasi penerusnya,

sehingga  rantai  informasi  tersebut  tidak  terputus  begitu saja.  Walaupun  secara  fisik  manuskrip  tersebut  sudah usang  dimakan  oleh  waktu,  tapi  nilai  informasi  dari manuskrip  itu  sendiri  tidak  berkurang.  Manuskrip  kuno yang  kita  miliki  bisa  menjadi  jati  diri  bangsa  serta  bukti otentik  dari  keberadaban  suatu  bangsa.  Seperti  Naskah Babad  Dipanagara  dan  Nagara  Kertagama  yang  sudah mendapatkan  pengakuan  dari  dunia,  sebagai  warisan dunia (Memory of the world), hal ini membuktikan bahwa peninggalan   bangsa   Indonesia   memiliki   nilai   historis yang tinggi yang diakui dunia sebagai sejarah perjuangan yang bisa membawa nama Indonesia. Naskah Nagarakretagama ditulis oleh Mpu Prapanca pada  lembaran  lontar  yang  berisi  kesaksian  pemerintah Majapahit pada masa Raja Hayam Wuruk abad ke-14, ide modern  tentang  keadilan  sosial,  kebebasan  beragama, keamanan  pribadi,  dan  kesejahteraan  rakyat  dijunjung tinggi. Naskah itu pula juga memberi kesaksian mengenai sikap   demokratis   dan   keterbukaan   otoritas   di   depan rakyat   pada   masa   dimana   masih   dianut   keabsolutan kerajaan. Betapa  ruginya  apabila  naskah-naskah  warisan leluhur  kita  tanpa  diselamatkan  telebih  dulu  kandungan informasi,   dengan   mebuat   salinannya   dalam   bentuk  digital.  Oleh  karena  itu  Kegiatan  alih  media  digital  ini sebagai pelestari intelektual para leluhur bangsa. 1 (satu) copy berkas  digital  Manuskrip  nusantara  yang  sudah dialih  mediakan  ke  dalam  format  digital  akan  disimpan di  Perpustakaan  Nasional  Republik  Indonesia,  dan  satu 

kopinya lagi akan disimpan oleh para pemilik naskah.

Proses Digitalisasi manuskrip Nusantara

Digitalisasi   manuskrip   adalah   proses   pengalihan manuskrip    dari    bentuk    aslinya    ke    dalam    bentuk digital.  Perlunya  kegiatan  digitalisasi  naskah  atas  dasar penyelamatan   kandungan   informasi   dari   naskah   itu sendiri,   yang   apabila dikemudian   hari   secara   fisik naskahnya sudah tidak dapat dipertahankan atau punah. Adapun manfaat dari digitalisasi naskah meliputi :

  1. Mengamankan   isi   naskah   dari   kepunahan   agar  generasi   seterusnya   tetap   mendapatkan   informasi dari ilmu-ilmu yang terkandung dari naskah tersebut.
  2. Mudah    digandakan    berkali-kali    untuk    dijadikan cadangan (backup data)
  3. Mudah  untuk  digali  informasinya  oleh  para  peneliti jika di-upload ke sebuah alamat web.
  4. Dapat  dijadikan  sebagai  obyek promosi  terhadap kekayaan bangsa.

Proses    digitalisasi    manuskrip    nusantara    terbagi   kedalam 3 (tiga) tahapan utama, yakni :

  1. Tahapan  pra  digitalisasi  (prosedur  awal)  merupakan tahap   persiapan   sebelum   dilaksanakannya   proses pengambilan objek digital
  2. Tahapan  digitalisasi  merupakan  tindakan  pengalihan format  suatu  media  ke  format  digital,  yang  dimulai dengan proses pengambilan objek digital.
  3. Tahapan pasca (setelah) digitalisasi, tahapan ini lebih menitik  beratkan  pada  bagaimana  objek  digital  ini disajikan serta dapat diakses oleh para pemustaka.

Penjelasan lebih lanjut yaitu

 

Prosedur   awal   meliputi   proses   inventarisasi   dan  seleksi  manuskrip  yang  akan  didigitalkan,  survei  kondisi fisik media naskah, dilakukan pengecekan, apakah kondisi

kertasnya  kuat,  rapuh  atau  sangat  rapuh,  melakukan identifikasi  metadata  deskriptif  naskah,  serta  penentuan format  file  digital  dan  pemilihan  metode  pengambilan objek  (capture). Kendala  yang  terjadi  dilapangan  sering menemukan  koleksi  naskah  kuno  yang  tidak  memiliki kelengkapan  data  deskriptifnya,  tidak  ada  judul,  nomor naskah, sedangkan para petugas alih media tidak ada yang mengerti  mengenai  arti  dari  aksara naskah  yang  ditulis, bahkan pemilik naskah pun tidak mengetahui judul serta isi  dari  naskah  tersebut.  Penentuan  format  file  digital yang  dihasilkan  sesuai  dengan  standar  kualitas  master preservasi, yaitu format file yang memiliki resolusi tinggi, dimensi ukuran besar serta tipe file yang tidak mengalami pengompresan. 

Pada  proses  pengambilan  gambar  manuskrip  yang perlu   diperhatikan   yaitu   mengenai   kualitas   file   yang dihasilkan harus    memiliki    kualitas    standar    master preservasi, diantaranya:

  1. Pemilihan  format  file  yang  memiliki  kualitas  hasil gambar   yang   paling   baik, seperti   format   RAW, ataupun   TIFF   dengan resolusi yang disesuaikan dengan ukuran dokumen aslinya.
  2. Pengaturan Eksposure pada pemotretan naskah, perlu diperhatikan mengenai tingkat kefokusan, ketajaman, serta kesesuaian dengan warna dokumen aslinya.
  3. Kelengkapan berkas naskah yang di alih media, perlu dicek  kembali  susunan  halaman,  serta  kelengkapan halaman naskah
  4. Pengecekan kualitas akhir file yang dihasilkan.

Setelah   dilakukan   pengembilan   objek   digital   atau pemotretan naskah, dilanjutkan pada proses pengeditan, konversi  file,  kompilasi  file, konversi  file  image  menjadi format  teks,  pembuatan flipping  book document, serta pengemasan  naskah  digital.  Berkas  digital  yang  dihasil kan  meliputi:  berkas  file  master  preservasi  (type  file RAW  atau  TIFF,  kualitas  file  tinggi,  file  mentah),  berkas file  arsip  (file  digital  yang  memiliki  kualitas  tinggi,  tapi sudah mengalami  tahapan  editing,  contoh  file  TIFF), berkas  file  turunan  yang  merupakan  file  akses  serta  file kemasan dengan resolusi file yang ringan, sehingga tidak menghambat dalam  pengaksesan  informasi,  contoh  file JPEG, PDF, EXE, HTML.

Hasil  akhir  dari  proses  alih  media  naskah  kuno  ke dalam  format  digital  yaitu,  berkas  naskah  kuno  digital yang  tersimpan  di  Perpustakaan  Nasional  RI,  serta  1 (satu) copy yang diserahkan kepada pemilik naskah. Satu hal  penting  yang  perlu  diperhatikan  dalam  melakukan alih media naskah kuno, yakni perijinan untuk publikasi berkas   naskah   digital,   apabila   pemilik   naskah   tidak bersedia untuk di publikasikan naskahnya secara on line, maka  naskah  tersebut  hanya  disimpan  secara  lokal  di Perpustakaan  Nasional  RI, sehingga  tidak  dapat  diakses oleh masyarakat umum.

Tuty Hendrawati. (2018). Digitalisasi Manuskrip Nusantara Sebagai Pelestari Intelektual Leluhur Bangsa. Media Pustakawan, 25(4), 24–32.

Keberadaan Manuskrip Nusanta
Keberadaan Manuskrip Nusanta
Peta Kegiatan Pelestarian Manuskrip Daerah
Pelestarian Naskah Daerah Jawa Barat Tahun 2014

Foto oleh Tuty Hendrawati

Mas Arif. (2023, Juli 17). Proses Alih Media Manuskrip Kuno Turots Ulama Nusanta oleh Pihak Perpustakaan Nasional [Video]. YouTube. https://youtu.be/QsZck67qeiM?si=vw5138rAqmoUa2Ae

METRO TV. (2024, Juli 6). Perpusnas RI Lakukan Digitalisasi Naskah Kuno [Video]. YouTube. https://youtu.be/0fF9REeRdSs?si=LlVB7Pm7tF9pfpYX

Perpustakaan UI. (2017, Februari 28). PRESERVASI DAN DIGITALISASI NASKAH KUNO PERPUDTAKAAN UI [Video]. YouTube. https://youtu.be/IeEOkrzZnGY?si=07zdp_w_zUQOtvBf

Share this post on:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *