Pustakawan Nasional

Share this post on:
  1. Raden Patah sering disebut ‘Pak Patah’ lahir pada tahun 1903 dan meninggal pada tahun 1960-an. Pak Patah berhasil menjadi kepala pustakawan museum dan kemudian menjadi kepala Perpustakaan Negara (Perpustakaan Negara) di Yogyakarta. Dia pensiun pada tahun 1958. Dia adalah perintis dalam bidang kepustakaan Indonesia.” Sementara itu, Guru besar Ilmu Perpustakaan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Sulistyo Basuki mengatakan “Raden Patah, seorang pustakawan yang tidak banyak dikenal khalayak. Raden Patah merupakan pustakawan otodidak yang menjadi perantara perpustakaan yang dikunjungi di pulau Jawa dan Sumatera,” melansir situs Perpusnas, (6/7). Di sisi lain, sebelumnya Raden Patah mengikuti ujian Ambtenaar kecil (untuk menjadi pegawai pemerintah golongan pribumi) di masa penjajahan Belanda. Karena belajar di lingkungan Perpustakaan (Lembaga Kebudayaan di Jakarta atau Bataviaasch Genootschap van Wetten Kunsten), ia fasih berbagai bahasa mulai dari bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jerman. Raden Patah juga pernah bekerja sebagai Asisten Pustakawan di Perpustakaan Bataviaasch Genootschap atau Royal Batavian Society pada 1919 hingga 1942. Pada masa pendudukan Jepang, Raden Patah telah berjuang dengan berusaha berdiplomasi dengan para petinggi Jepang di Indonesia agar Perpustakaan Museum tidak dibumihanguskan. Kemudian pada tahun 1953, atas biaya UNESCO, AGW Dunningham (New Zealand) berangkat ke Indonesia untuk memberi nasihat di bidang bibliografi dan perpustakaan. Laporan tersebut berjudul: Laporan Investigasi dan Rekomendasi Pembentukan Layanan Perpustakaan Nasional di Indonesia (A report on a survey and recommendation for the establishment of a national library service in Indonesia). Laporan ini disusun dengan bantuan Raden Patah, sebagai Kepala Perpustakaan Negeri Yogyakarta. Laporan tersebut mengusulkan sistem perpustakaan nasional dan pembentukan Dewan Perpustakaan Nasional. Usulan ini diterima pada Kongres Perpustakaan Seluruh Indonesia tahun 1954, diajukan kepada Menteri Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Setelah itu, pada akhirnya Muh Yamin membentuk Dewan Perpustakaan Nasional pada 1955.
  2. Mastini Hardjoprakoso adalah salah seorang tokoh di balik berdirinya Perpustakaan Nasional dan sekaligus beliau juga merupakan tokoh perempuan di Gerakan Pramuka. Beliau adalah Kepala  Perpustakaan Nasional Pertama pada tahun 1980-1998 dan wafat pada tanggal 3 April tahun 2017 pada usia 94 tahun. 

    Tahun 1950, MH meninggalkan kota kelahirannya untuk tinggal bersama kakaknya Ir. Susilo yang ditunjuk sebagai Kepala Dinas Kehutanan di Jakarta. Beliau melanjutkan pekerjaannya sebagai guru TK milik Angkatan Darat di sekitar Lapangan Banteng. Walaupun mencintai pekerjaannya, MH tergugah juga untuk mencoba mencari pekerjaan lain. Maka MH bekerja pada Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) yang awalnya merupakan lembaga swasta Belanda yang dikenal sebagai Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. 

    Di sinilah awal MH berkenalan dengan dunia perpustakaan atau seperti ujar beliau “Inilah saya awal jatuh cinta dengan dunia Perpustakaan”.  Ketekunannya dalam bekerja menarik perhatian para atasannya karena sebagai orang muda MH menunjukkan keseriusan, komitmen dan keinginan maju/kreatif dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengirim  MH ke Belanda selama setahun 1955-1956 untuk belajar teknis perpustakaan  di Nederlands Instituut voor Documentatieen Registratie dengan beasiswa Stichting voor Culturele Samenwerking. 

    Sekembalinya ke Indonesia, MH melanjutkan pekerjaannya di LKI. Tahun 1962, LKI diserahkan kepada pemerintah dan namanya berubah menjadi Museum Pusat berada dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, lebih khusus lagi dibawah Direktorat Jendral kebudayaan. Dengan sendirinya MH harus  mengikuti perubahan lembaganya  dan diberi tugas sebagai sebagai kepala perpustakaan. 

    Saat menjadi kepala Perpustakaan Museum Pusat, MH memprakarsai pameran surat kabar langka yang berusia ratusan tahun dan memiliki nilai historis. Pameran tersebut menampilkan surat kabar zaman Gubernur Daendels (1810), Raffles (1812), Pangeran Diponegoro (1925), berdirinya Boedi Utomo, Sumpah Pemuda sampai Proklamasi Kemerdekaan. Dapat dibayangkan kerja keras MH yang didukung stafnya yang penuh dedikasi dalam menyiapkan pameran besar dalam berbagai bahasa. 

    Banyaknya kalangan media datang meliput membuahkan hasil termasuk ketertarikan Ibu Tien Suharto, sebagai ibu Negara dan sekaligus Ketua Yayasan Harapan Kita mengunjungi pameran dan melihat kondisi Perpustakaan yang dianggapnya kurang memadai. Ibu Tien bahkan mengunjungi kembali Perpustakaan Museum Pusat bersama Presiden Suharto pada tahun 1971. 

    Dalam kunjungan yang kedua ini, MH sempat menyampaikan pentingnya memiliki Perpustakaan Nasional dan tampaknya Ibu Tien menanggapinya dengan serius. Sedikit tambahan, MH dan Ibu Tien memiliki hubungan kekerabatan dan mungkin ini memberi peluang bagi MH untuk membangun komunikasi terkait berdirinya Perpustakaan Nasional. Tahun 1979, Museum Pusat berubah menjadi Museum Nasional Indonesia dan status MH pun tetap sebagai kepala Perpustakaan Museum Nasional Indonesia. 

    Akhirnya, pada tanggal 17 Mei 1980, diresmikannya Perpustakaan Nasional Depdikbud berdasarkan Keputusan Menteri 17 Mei 1980 no 0164/0/1980. Pada saat itu Menteri Departemen Kebudayaan dan Pendidikan adalah Dr. Daoed Joesoef. Status  Perpustakaan Nasional adalah Unit Pelaksana Teknis di di bidang Perpustakaan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

    MH ditunjuk sebagai Kepala Perpustakaan Nasional yang pertama pada tanggal 17 Mei 1990 dan berakhir pada tahun 1998. Tidak dapat dilupakan adalah diterbitkannya Undang Undang No. 4 tahun 1990 Tentang Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam yang merupakan obsesi MH sebagai pilar sebuah Perpustakaan Nasional. MH juga terjun dalam organisasi profesi di Ikatan Pustakawan Indonesia. Beliau dua kali menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pustakawan Indonesia. Beliau juga pernah menjadi Excutive Board of Congres of Southeast Asia Librarians (CONSAL) dan anggota Country Directors of National Libraries (CDLN).

  3. J.N.B. Tairas merupakan seorang pustakawan yang pertama menjadi wakil Indonesia dan sekaligus sebagai pemakalah pada International Conference on Cataloguing Principles (ICCP) yang dilaksanakan di Paris pada oktober 1961, hasil dari konferensi tersebut kemudian dikenal dengan Paris Principles. Pada konferensi tersebut beliau membawakan makalah berjudul “Cataloguing of Indonesia Names”. Dunia Perpustakaan mulai ditekuni oleh J.N.B. Tairas tahun 1952-1954 dengan bekerja pada Perpustakaan Rakyat Makasar, dan tahun 1956-1957 bekerja di Perpustakaan Rakyat Pusat di Jakarta. Juga bekerja sebagai pustakawan di The Library of Congress Aquisition Office Jakarta, tahun 1964 – 1975 (sebagai Chief Cataloger), dan editor Library of Congress Accession List. Tahun 1965 – 1967 juga bekerja di Perpustakaan Lemhannas, kemudian sejak tahun 1976 – 1980 bekerja sebagai pustakawan freelance di berbagai perpustakaan swasta maupun instansi pemerintah. Dari tahun 1991 sampai dengan wafatnya J.N.B. Tairas bekerja sebagai konsultan di Perpustakaan Nasional RI, dan menangani proyek-proyek tertentu di perpustakaan tersebut. Hingga hari tuanya, karena dedikasi yang tinggi terhadap dunia kepustakawanan di Indonesia Tairas tetap aktif mengikuti kegiatan-kegiatan dunia perpustakaan. J.N.B. Tairas pada tahun 1976 bersama Tim dari Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku Peraturan Katalogisasi dan Nama-Nama Indonesia. Setahun kemudian (1977) Menerjemahkan buku International Standard Bibliographic Description For Monographic Publication atau ISBD(M) dalam bahasa Indonesia.

  4. Putu Laxman Pendit

    Tokoh Pustakawan Indonesia Putu Laxman Sanjaya Pendit atau sering disebut dengan Putu Laxman Pendit ialah seorang pustakawan yang mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu dibidangnya antara lain sebagai penulis, peneliti, pendidik dan pengajar bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Kiprahnya sangat dikenal di kalangan para pustakawan yang haus dengan isu dan hal-hal fundamental tentang kepustakawanan. Gagasan-gagasan segarnya selalu muncul dan menjadi topik diskusi yang hangat bagi pemerhati kepustakawanan Indonesia. Ia sosok pustakawan yang terbuka dan menerima saran atau kritikan yang sekiranya dapat membangun lebih baik karya-karyanya. Banyak perubahan-perubahan yang ia lakukan diantaranya penggunanaan perpustakaan digital yang dapat memudahkan masyarakat (pengguna) untuk mengakses informasi serta kreatifitas pustakawan untuk menarik minat pengunjung untuk datang ke perpustakaan. Seorang pustakawan harus proaktif dalam meningkatkan keterampilan sehingga tidak perlu menunggu pihak ketiga untuk bertindak terlebih dahulu untuk menyelesaikan apa yang telah menjadi pekerjaan pustakawan. Selain itu ,pustakawan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dirinya sendiri dan dengan demikian dapat terbukti dimasyarakat bahwa ia dapat diandalkan. Gaya kepemimpinannya menggunakan model kepemimpinan demokratis karena berorientasi pada partisipasi masyarakat, bersifat terbuka, bawahan diberikan kesempatan untuk memberi saran, dan menghargai waktu serta pengambilan keputusan lebih mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat. Namun Putu Laxman Pendit juga sering bersikap ambisius, karena akibat keambisiusannya ia mampu berkontribusi terhadap peran pustakawan dalam melayani masyarakat akan kebutuhan informasi. Untuk itu kepemimpinan Putu Laxman Pendit dalam hal ini berpegang teguh pada tiga konteks utama yakni : komitmen, kompleksitas dan kredibilitas.

Chandela, E. (2024, Juli 7). Mengenal Tokoh Pustakawan Indonesia dan Luar Negeri. Retrieved from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/humaniora/683152/mengenal-tokoh-pustakawan-indonesia-dan-luar-negeri/

Kamil, H. (2019, Maret 01). Mastini Hardjoprakoso : Sekilas Perjalanan Hidup dan Kontribusi dalam Bidang Perpustakaan di Indonesia. Retrieved from ISIPII (Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia): https://isipii.org/artikel/mastini-hardjoprakoso-sekilas-perjalanan-hidup-dan-kontribusi-dalam-bidang-perpustakaan-di/

Martina, A. (2018, April 03). Tokoh Ilmu Perpustakaan. Retrieved from WordPress: https://anamrtina.wordpress.com/2018/04/03/tokoh-ilmu-perpustakaan/

Mastini Hardjoprakoso
J.N.B. Tairas
Putu Laxman

Dokumentasi oleh Youtube Perpustakaan Nasional RI, Pustakawan JNB Tairas

Foto oleh ISIPII, diakses 18 Juli 2025, tersedia di https://www.isipii.org/artikel/mastini-hardjoprakoso-sekilas-perjalanan-hidup-dan-kontribusi-dalam-bidang-perpustakaan-di

Foto oleh Depdikbud R, via abc.net.au, tersedia di https://www.abc.net.au/indonesian/2021-07-24/putu-laxman-pendit-doktor-perpustakaan-indonesia-di-australia/100314686

@jejakperadaban55. (2025, Juli 6). jejakperadaban55 | Pak Patah Pustakawan Pelopor dan Penjaga Warisan Ilmu di Masa Kemerdekaan [Video]. YouTube. https://youtu.be/b_bIThjqK8c?si=yP8Nhkk4jvx93ZLl

Fahrizal Life Story. (2023, Januari 6). Mastini Hardjoprakoso, Tokoh Perpustakaan Indoensia [Video]. YouTube. https://youtu.be/qMJ21vstS2M?si=inAvV6pw-6Xfnhtn

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (2011, Desember 29). JNB Tairas Tokoh Pustakawan Indonesia, Jan Ngion Benyamin Tairas [Video]. YouTube. https://youtu.be/09S9mLb12WM?si=h1R_eCw5jyg1cgyV

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (2012, Februari 6). Putu Laxman Pendit Pemakalah pada KPDI4 Di Samarinda [Video]. YouTube. https://youtu.be/B-WQu6Mtd0M?si=D55GROIVFplX7AuO

Share this post on:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *